Menyontek sepertinya sudah menjadi hal umum di kalangan pelajar Indonesia. Banyak siswa yang menyontek temannya yang lebih pintar agar mendapatkan nilai yang baik atau setidaknya mencapai nilai minimum yang disyaratkan.
Ujian nasional tak lepas dari praktik menyontek, entah itu menyontek teman, ataupun menyontek bocoran UN. Dengan adanya praktik menyontek, maka hasil UN yang katanya sebagai pemetaan menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu, perlu ada upaya yang dilakukan agar para pelajar tidak menyontek, tak terkecuali dalam ujian nasional.
Berikut ini ada sejumlah saran dari 8Indo agar siswa tidak menyontek dalam UN.
1. Tidak boleh bawa HP
Ponsel memungkinkan siswa untuk bertanya kepada siswa lainnya yang sama-sama membawa HP. Selain itu, dengan banyaknya ponsel canggih, ini memungkinkan penggunaan internet untuk mengerjakan soal UN. Selain itu, HP juga menjadi media untuk pengiriman bocoran kunci jawaban UN.
"Duh, apa sih rumus luas tabung? Lupa. Buka Google dulu ah."
Untuk mencegah praktik semacam itu, seluruh siswa peserta UN tidak boleh membawa HP di dalam ruangan. Aturan ini harusnya bukan hanya sekedar peraturan saja, tapi juga ada tindakan tegas seperti penggeledahan. Yang digeledah antara lain kantong saku baju, celana, rok, kaos kaki, dan sepatu. Bila perlu pake detektor metal.
2. Pengawas di belakang
Kalau pengawasnya di depan, kan pengawas tidak bisa lihat apa yang tangan siswa lakukan ketika tangannya sedang di bawah (tidak diletakkan di atas meja). Ada sejumlah kemungkinan ketika tangan siswa sedang di bawah, bisa karen sedang gatal, sedang buka sontekan, buka HP, dan sebagainya. Ini kekurangan kalau pengawasnya di depan.
Bayangkan kalau pengawasn ujian berada di belakang. Pengawas bisa melihat apakah siswa sedang membuka bocoran atau tidak, sedang membuka HP atau tidak. Lalu bagaimana kalau siswa melihat sontekannya di atas meja? Kalau begitu, ada pengawas yang di depan dan ada yang dibelakang, masing-masing 2 orang sepertinya cukup. Jadi, dalam 1 ruangan ada 4 pengawas.
Hal yang tak kalah penting yaitu pengawasnya jangan malah sering mengobrol. Percuma saja ada 10 pengawas kalau nantinya malah arisan. Pengawas itu kerjanya mengawasi, dibayar untuk mengawasi, jadi seharusnya mengawasi siswa selama UN. Mengawasi siswa agar tidak melanggar peraturan UN, termasuk menyontek. Kalau jadi pengawas kok malah tidur atau Facebook-an melulu, makan gaji buta itu namanya. Perlu diingat bahwa faktor keberhasilan siswa dalam menyontek juga dipengaruhi oleh pengawasnya pada waktu itu.
3. CCTV
Sejumlah sekolah telah menggunakan CCTV dalam pelaksanaan UN. Tapi, masih banyak sekolah yang belum memakainya. Rekaman CCTV ini bukan hanya untuk mengawasi saja, tetapi nantinya sekolah harus memgirimkan seluruh rekaman CCTV kegiatan UN ke pusat. Tapi, cara ini ada kendala, masih banyak sekolah yang mempunyai kekurangan dalam hal pembangunan.
4. Tidak diberitahu jumlah paket soal
Sebetulnya, jika siswa benar-benar mempersiapkan diri untuk UN, berapa paket soal pun tak masalah. Karena, berapa banyak paket soal pun, masing-masing siswa hanya diharuskan untuk mengerjakan 1 paket soal saja. Karena jumlah paket soal tidak berpengaruh pada jumlah paket soal yang harus dikerjakan siswa, maka sebaiknya tidak usah diberitahu berapa jumlah paket soal dalam UN.
Adanya pemberitahuan mengenai jumlah paket soal malah membuat siswa berpikir bagaimana cara menyontek dengan paket soal segitu. Ada juga yang malah bingung karena terlalu banyaknya paket soal, apalagi kalau bukan bingung cara menyonteknya.
5. UN tidak dijadikan penentu kelulusan
Memang kini UN tidak 100% menentukan kelulusan, melainkan ditentukan juga nilai rapor. Adanya bobot nilai rapor yang menentukan kelulusan malah memunculkan masalah baru. Adanya manipulasi nilai rapor yang dilakukan oleh pihak sekolah. Nilai 80-an yang dulu susah didapat, kini banyak siswa yang mendapatkan nilai rapor kisaran 80-an, bahkan tak sedikit nilai 90-an dalam rapor. Kasus manipulasi nilai rapor ini pernah Admin rasakan. Bukannya tidak mau berterima kasih karena sudah dikasih nilai bagus, tapi rasanya ada yang kejanggalan. Memang nilai bagus adalah harapan saya, tapi bukan hasil manipulasi.
Pada semester 2 kelas XII, nilai mata pelajaran matematika, fisika, dan kimia saya termasuk wah. Ketiga mapel tersebut merupakan mapel sulit menurut banyak siswa. Nilai yang saya dapat adalah 91 untuk matematika, fisika 95, dan kimia 96. Sungguh nilai yang fantastis, entah dari mana itu nilai. Rasanya selama kelas XII tak pernah mendapatkan nilai fisika sampai 95. Kalau dibandingkan dengan nilai saya sewaktu kelas X dan kelas XI, selisihnya cukup jauh. Tak pernah mendapatkan nilai lebih dari 90 sebelumnya untuk ketiga mapel tersebut.
6. Tidak ada UN
Inilah cara yang pasti ampuh untuk mengatasi praktik menyontek dalam UN. Memang sih cara ini seperti cara mengatasi kemiskinan dengan menghapus kata miskin dalam kamus. Tapi, sepertinya penghapusan UN bisa menjadi solusi. Kan sering tuh siswa menjadi 'bahan percobaan' sistem UN. Bisa dibilang UN itu untung-untungan, untung yang waktu itu ada pengulangan UN bagi siswa yang tidak lulus, untung yang waktu sekolah belum ada UN. Sekali-kali coba UN itu dihapus dan bagaimana hasilnya apakah lebih baik atau tidak. Nilai UN itu tidak berbanding lurus dengan kemampuan akademis siswa.
Disclaimer. Untuk Lirik lagu dan Video Klip adalah hak cipta / hak milik dari pengarang, artis, dan label musik yg bersangkutan. Seluruh media termasuk syair, ringtone, kord / kunci gitar, serta video klip (official YouTube) yang tersedia di situs ini hanyalah untuk keperluan promosi dan evaluasi. Dan Kami juga tidak menyediakan file MP3 di situs ini. Jika Anda suka dengan single ini, belilah kaset / CD atau nada sambung pribadi (NSP/RBT)-nya untuk mendukung artis / penyanyi / grup band yang bersangkutan agar terus berkarya.
Artikel ini sendiri dipublikasikan oleh In-thea.blogspot.com pada tanggal Rabu, 22 Oktober 2014.