Peribahasa bahasa Indonesia ada banyak jumlahnya. Peribahasa merupakan salah satu kekayaan ragam bahasa, tak terkecuali bahasa Indonesia. Adapun pengertian peribahasa yaitu kelompok kata yang mengandung pengertian tertentu.
Peribahasa Bahasa Indonesia dan Artinya
Contoh Peribahasa
Contoh peribahasa yang populer yaitu dunia tak selebar daun kolor. Peribahasa ini mengandung arti bahwa dunia itu tidak sempit. Ada lagi peribahasa untuk mengibaratkan orang yang kelihatannya penurut namun sebenarnya jahat, yaitu serigala berbulu domba.
Ada lagi peribahasa yang sangat terkenal di masyarakat, yaitu air susu dibalas air tuba. Peribahasa ini mengandung arti kebaikan dibalas dengan keburukan. Tahukah Anda apa itu air tuba? Kalau melihat pengertian dari peribahasa tersebut, frasa air tuba berkonotasi negatif. Ternyata tuba adalah jenis tumbuhan yang beracun. Racun tuba biasa digunakan untuk meracuni ikan. Cara penggunaannya yaitu dengan menumbuk akar tuba kering dan dicampur dengan air hingga menghasilkan cairan seperti susu. Mungkin itulah alasan penggunaan frasa air tuba dalam peribahasa tersebut.
Namun, tidak semuanya dua hal yang diperbandingan dalam peribahasa bahasa Indonesia salah satunya memiliki konotasi negatif. Misalnya, "kemarau setahun dihapus hujan sehari". Peribahasa ini berarti kebaikan yang banyak dihapuskan oleh kejahatan yang sedikit. Berbeda dengan air susu dan air tuba, air hujan tidak berkonotasi negatif.
Kumpulan Peribahasa Bahasa Indonesia dan Artinya
Bagai kacang lupa akan kulitnya.
=> Seseorang yang lupa dengan asal-usulnya.
Bagai katak dalam tempurung.
=> Orang yang tidak memiliki wawasan luas.
Bagai makan buah simalakama.
=> Keadaan yang serba salah.
Gali lubang tutup lubang.
Mencari hutang baru untuk membayar hutang lama.
Menang jadi arang, kalah jadi abu.
=> Kalah atau menang sama-sama menderita.
Habis manis sepah dibuang.
=> Sesudah tidak berguna lagi, tidak dipedulikan lagi.
Lain di bibir lain di hati.
=> Berkata tidak sesuai dengan kata hatinya.
Bagai musang berbulu ayam.
=> Pura-pura menolong tetapi niat sebenarnya menjerumuskan.
Bagai burung di dalam sangkar.
=> Seseorang yang hidupnya dikekang.
Bagai kambing dihela ke air.
=> Orang yang enggan melakukan pekerjaan yang diperintahkan kepadanya.
Jauh di mata dekat di hati.
=> Walau terpisah oleh jarak yang jauh, tetapi di hati tetap terkenang selalu.
Ada udang di balik batu.
=> Melakukan kebaikan tetapi ada maksud tersembunyi.
Bagai air di daun talas.
=> Orang yang tidak memiliki pendirian.
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.
=> Berusaha dulu untuk menikmati hasilnya kemudian.
Bagai pinang dibelah dua.
=> Dua orang atau hal yang sama, tidak terlihat bedanya.
Berani karena benar, takut karena salah.
=> Orang yang jujur pasti akan mengatakan hal yang benar, tetapi orang yang berbohong akan takut jika ditanyakan hal yang sebenarnya.
Di atas langit masih ada langit.
=> Saat kita merasa hebat, kaya, atau pandai, jangan lupa bahwa masih ada yang lebih dari itu. (Peribahasa ini mengajarkan kepada kita agar rendah hati dan tidak sombong.
Belum bergigi hendak mengunyah.
=> Belum memiliki kekuasaan sudah hendak bertindak.
Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.
=> Jika ada niat dan mau berusaha, pasti akan ada kemudahan jika ada kesulitan.
Hidup segan mati tak mau.
=> Hidup yang sangat menderita.
Hati gatal, mata digaruk.
=> Sangat ingin, tetapi tidak memiliki syarat untuk mendapatkan keinginan tersebut.
Lubuk akal tepian ilmu.
=> Orang yang pandai tempat kita bertanya.
Lidah tak bertulang.
=> Seseorang yang sangat mudah untuk mengumbar janji / berohong.
Membawa garam ke laut.
=> Melakukan pekerjaan yang sia-sia.
Seperti embun di atas daun.
=> Rapuh / goyah sekali.
Lempar batu sembunyi tangan.
=> Orang yang tidak berani bertanggung jawab atas perbuatannya.
Bagai kerbau dicocok hidung.
=> Orang yang tidak mempunyai pendirian.
Bagai mentimun dengan durian.
=> Orang yang lemah tidak berdaya melawan orang yang berkuasa.
Bagai telur di ujung tanduk.
=> Keadaan yang sangat genting (membahayakan).
Tiada elok yang tak buruk.
=> Orang yang bersahabat atau baik-baik saja bisa berselisih juga.
Tiada buruk yang tak elok.
=> Orang yang berselisih bisa baikan juga.
Main api hangus, main air basah.
=> Setiap pekerjaan pasti ada risikonya.
Mahal tak dapat dibeli, murah tak dapat diminta.
=> Sesuatu yang sulit didapat.
Nasi sudah menjadi bubur.
=> Perbuatan yang sudah terlanjur dilakukan.
Nyamuk mati gatal tak lepas.
=> Orang yang didendami sudah dijatuhi hukuman, tetapi dendam terhadapnya tak juga hilang.
Peribahasa Bahasa Indonesia dan Artinya
Penggunaan Peribahasa
Penggunaan peribahasa sangat luas. Misalnya, "bagai putaran roda pedati, kadang di atas kadang di bawah". Peribahasa ini mirip kata pepatah bijak yang berbunyi "hidup itu seperti roda, kadang di atas kadang di bawah". Ungkapan ini merupakan ungkapan renungan bahwa orang yang sekarang kaya belum tentu akan kaya selamanya, begitu juga sebaliknya. Itulah filosofi hidup seperti roda.
Ada juga peribahasa yang menggambarkan tentang musibah, yaitu "sudah jatuh tertimpa tangga", yang artinya mendapatkan musibah yang beruntun.
Selain itu, ada peribahasa yang dimaksudkan sebagai pujian. Misalnya, "air tenang menghanyutkan". Peribahasa ini mengandung makna pada pepatah "jangan menilai buku dari sampulnya" yang berarti jangan menilai orang dari luarnya. Arti peribahasa tersebut yaitu seseorang yang pendiam tetapi berilmu. Jadi, belum tentu orang yang diam adalah orang yang tidak tahu apa-apa.
Ada lagi peribahasa untuk memuji, "bagai ilmu padi, makin berisi makin merunduk" yang menggambarkan orang yang berilmu tapi rendah hati.
Selain pujian, ada juga yang sindiran. Misanya, "air beriak tanda tak dalam" yang berarti orang yang banyak cakap biasanya tidak banyak ilmunya. Arti ini sama halnya seperti arti peribahasa "tong kosong nyaring bunyinya".
Pro dan Kontra Peribahasa
Sejumlah peribahasa juga ada yang mengandung pro dan kontra. Misalnya, "sambil menyelam minum air" yang berarti melakukan pekerjaan yang satu sambil melakukan pekerjaan yang lainnya. Jika diartikan secara harfiah, memang peribahasa ini diartikan tenggelam. Ditambah lagi, tergantung air apa yang diselami, air sungai, air laut, atau air lainnya. Bagaimana rasanya jika menyelam air laut sambil minum airnya?
Ada lagi peribahasa "buah jatuh tak jauh dari pohonnya". Peribahasa ini berarti tingkah laku anak tak jauh dari tingkah laku orang tuanya. Namun, ada anak yang perilakunya tidak sesuai dengan perilaku orang tuanya. Ada yang orang tuanya baik, dan sifat positif lainnya, tapi anaknya sering bertingkah yang tidak baik, begitu juga sebaliknya.
Demikian artikel tentang peribahasa bahasa Indonesia dan artinya.
Disclaimer. Untuk Lirik lagu dan Video Klip adalah hak cipta / hak milik dari pengarang, artis, dan label musik yg bersangkutan. Seluruh media termasuk syair, ringtone, kord / kunci gitar, serta video klip (official YouTube) yang tersedia di situs ini hanyalah untuk keperluan promosi dan evaluasi. Dan Kami juga tidak menyediakan file MP3 di situs ini. Jika Anda suka dengan single ini, belilah kaset / CD atau nada sambung pribadi (NSP/RBT)-nya untuk mendukung artis / penyanyi / grup band yang bersangkutan agar terus berkarya.
Artikel ini sendiri dipublikasikan oleh In-thea.blogspot.com pada tanggal Senin, 20 Oktober 2014.