Rabu, 22 Oktober 2014

Bagikan Artikel :
Jelang UN, biasanya terjadi praktik jual beli bocoran kunci jawaban UN, baik itu SMP, SMA, maupun SMK. Memang ada sih kunci jawaban UN yang ternyata palsu. Tetapi, ada juga kunci jawaban yang benar-benar kunci jawaban, maksudnya akurat. Entah benar-benar akurat 100% atau tidak, Admin tidak tahu karena tidak pernah menggunakan bocoran kunci jawaban ujian nasional.



Tak bisa dipungkiri, masih banyak siswa yang mengandalkan kunci jawaban. Ada juga yang bilang katanya kalau mau menyontek bocoran, jangan semuanya, biar nilainya tidak terlalu tinggi. Kalau yang biasanya ulangan matematika dapet 5 ke bawah atau setinggi-tingginya 6, tapi begitu UN nilainya 9, itu bagaimana ceritanya. Atau kalau yang try out matematika biasanya dapet 5, begitu UN nilanya 9, bukannya 'fantastis'. Kalau mau berpikir positif sih, mungkin siswa itu sudah belajar lebih giat lagi setelah UN dan tak lupa pula berdo'a dan meminta do'a restu kepada orang tua. Tapi bagaimana kalau kenyataannya tidak? Bukan bermaksud untuk berburuk sangka, tapi sekadar berpikir realistis kalau ternyata banyak yang mengandalkan bocoran kunci jawaban. Ini bukan prasangka lagi, karena saya pernah menjadi saksinya.



Saya pernah menjadi saksi hidup bagaimana para siswa ketar-ketir menjelang UN diadakan. Saya menyaksikan sendiri bagaimana para siswa berdiskusi tentang bocoran kunci jawaban. Bagi yang mau beli diharuskan iuran sejumlah uang. Kalau saya sendiri tidak menyumbang sepeser pun. Karena kalau saya ikut membayar, meski nantinya saya tidak menggunakan kunci jawaban tersebut, secara tidak langsung saya ikut andil dalam membeli bocoran kunci jawaban itu. Untungnya teman-teman tak sampai membenci saya. Memang seharusnya menghargai teman yang tidak mau beli kunci jawaban. Kalau bagi saya sih, seharusnya melaporkan hal ini, tapi melaporkan kepada siapa? Kepala sekolah? Polisi? Pak Menteri? Presiden? Saya coba fokus untuk persiapan UN demi mendapatkan hasil yang maksimal dan tentunya tanpa menyontek.



Setelah deal dengan harga yang disepakati, banyak juga siswa yang was-was menghadapi UN, entah was-was karena takut tidak bisa mengerjakan atau tidak bisa menyontek.



Pada hari-H, para siswa bersiap, ada yang menyiapkan sontekan yang berisi kunci jawaban UN mapel yang akan diujikan, ada juga yang benar-benar belajar. Di dalam ruangan, saya tak memedulikan teman yang ingin bertanya ke saya tentang soal UN. Saya juga tidak mau memedulikan kalau seandainya ada teman yang tanya nomor HP saya saat UN. Saya cuek saja. Apalagi di LJK sudah ada pernyataan yang intinya untuk tidak melakukan kecurangan UN, yang harus saya tanda tangani.



Hari berikutnya, seperti biasa, banyak siswa yang sibuk membuat sontekan kunci jawaban ujian nasional mapel yang hendak diujikan. Ada yang di depan kelas, dan lebih parahnya di masjid sekolah. Masjid lho masjid!



Setelah hasil UN diumumkan, hasilnya fantastis. Banyak yang mendapatkan nilai tinggi. Nilai 8 atau 9 bukanlah nilai UN yang mengherankan lagi. Karena sesuatu yang sulit didapat kalau sudah didapat oleh banyak orang sudah tidak istimewa lagi. Nilai sembilan koma sekian bukan lagi nilai yang istimewa.



Dengan banyaknya siswa yang mendapatkan nilai 9 untuk masing-masing nilai UN, itu mengindikasikan bahwa bocoran kunci jawaban UN ternyata tembus. Kalau Pak Menteri bilang bahwa kunci jawaban UN dipastikan palsu, itu tak sepenuhnya benar, karena banyak bocoran kunci jawaban UN yang akurat. (Baca juga: Adakah Kunci Jawaban UN SMA 2014)

Dengan judul tulisan ini "Jangan Percaya Kunci Jawaban UN, Nanti Nilainya Bagus", itu bukan berarti saya memprovokasi siswa untuk menggunakan kunci jawaban UN, ini cuma sarkasme saja. Ini adalah sindiran. Berpikir realistis saja kalau ternyata banyak bocoran kunci jawaban UN yang akurat. Tak heran bila hasil UN di Indonesia untuk tahun lalu itu bagus-bagus.




Tapi miris rasanya jika ada siswa yang tergolong pintar, tapi dinyatakan tidak lulus. Seperti diketahui, faktor penyebab tidak lulus bukan hanya masalah kemampuan akademis siswa saja, melainkan juga karena faktor teknis, seperti pengisian LJK yang kurang tebal, LJK lusuh, LJK terlipat, LJK kena air liur, dan sebagainya yang mengakibatkan LJK kurang terbaca dengan baik atau bahkan tidak terbaca sama sekali.



Masih mau menggunakan bocoran? Ingin banyak uang hasil kerja keras atau hasil korupsi?
Bagikan Artikel :
Disclaimer. Untuk Lirik lagu dan Video Klip adalah hak cipta / hak milik dari pengarang, artis, dan label musik yg bersangkutan. Seluruh media termasuk syair, ringtone, kord / kunci gitar, serta video klip (official YouTube) yang tersedia di situs ini hanyalah untuk keperluan promosi dan evaluasi. Dan Kami juga tidak menyediakan file MP3 di situs ini. Jika Anda suka dengan single ini, belilah kaset / CD atau nada sambung pribadi (NSP/RBT)-nya untuk mendukung artis / penyanyi / grup band yang bersangkutan agar terus berkarya. Artikel ini sendiri dipublikasikan oleh In-thea.blogspot.com pada tanggal Rabu, 22 Oktober 2014.
0 Comments